Pada masa kanpanye atau menjelang pemilihan umum tempat – tempat seperti terminal bus, stasiun kereta, pasar, pelabuhan penyebrangan dan daerah pertanian sering dibikin “ramai” sekaligus “sibuk” atas kedatangan “tamu terhormat” yang ingin sekedar memeperkenalkan diri kepada masyarakat, menjabarkan program kerja kelak, mendengarkan aspirasi masyarakat atau sekedar membeli sayuran untuk mendapat simpati orang – orang disekitar. Dan alhasil tempat – tempat itupun semakin ramai dan semakin sesak penuh dengan orang yang ingin menyampaikan ispirasinya sampai hanya sekedar ingin berjabat tangan kepada “tamu terhormat”. Itu dulu…

Tamu terhormat, ya karena hanya datang dalam waktu 5 tahun sekali pada musim kampanye dan setelah kampanye usai tempat – tempat ini tetap akan ramai dengan aktivitas masyarakat walaupun tetap terminal bus berbau pesing, stasiun sesak antrian karena kedatangan kereta yg sudah biasa telat, pasar tetap becek dan tak tertata, pelabuhan yang tetap ramai dengan pungli dan copet dan petani yang tetap meradang karena harga pupuk semakin mahal.
Jadi sudahlah karena aku juga sudah dibuatnya terbiasa melihat kesemrawutan ini, terbiasa menutup hidung dan terbiasa memeluk tas gendongku… karena belum kutemukan rasa nyaman di negeri tercinta ini… diam dalam kebisuan dan kemunafikanku lebih nyaman dan teduh dari pada terus berteriak pada dinding – dinding kokok gedung dewan yang terhormat dan istana yang mulia.
No comments:
Post a Comment